1. GAYA VAN DER WAALS
Gaya
Van der Waals terjadi akibat interaksi antara molekul-molekul non-polar (Gaya
London), antara molekul-molekul polar (Gaya dipol-dipol) atau antara molekul
non-polar dengan molekul polar (Gaya dipol-dipol terinduksi). Berikut ini
penjelasannya.
a.
Gaya Dipol-dipol
-
Merupakan gaya yang bekerja antara molekul-molekul polar
(senyawa kovalen polar), yaitu molekul-molekul yang memiliki momen dipol.
-
Setiap senyawa kovalen polar memiliki dipol, yaitu muatan
yang terpolarisasi (terkutubkan) menjadi muatan positif dan negatif.
-
Dipol-dipol yang berbeda akan saling tarik-menarik,
sedangkan yang berlawanan akan tolak-menolak. Makin besar momen dipolnya,
semakin kuat gayanya.
b.
Gaya Dipol Sesaat-Dipol Terinduksi (Gaya dispersi London)
-
Gaya antarmolekul ini umumnya dimiliki senyawa kovalen
nonpolar yang tidak memiliki dipol (memiliki muatan namun tidak terkutubkan).
-
Molekul-molekul pada senyawa kovalen nonpolar tersusun dari
inti atom dan elektron-elektron yang selalu bergerak bebas. Karena elektron
selalu bergerak, muatan pada molekul nonpolar akhirnya terkutubkan (dipol
sesaat) yang kemudian dapat menginduksi molekul nonpolar lainnya (dipol
terinduksi).
-
Gaya antarmolekul ini dikenal dengan sebutan gaya dispersi
London.
Kemudahan suatu molekul untuk
membentuk dipol sesaat atau untuk menginduksi (mengimbas) suatu dipol disebut
polarisabilitas (keterpolaran).
Polarisabilitas ini berkaitan dengan
massa molekul relatif (Mr) dan bentuk molekul. Pada umumnya, makin
banyak jumlah elektron, makin mudah mengalami polarisasi. Karena jumlah
elektron berkaitan dengan Mr, maka semakin besar Mr, semakin kuat
gaya London.
Gaya dispersi London ini termasuk
gaya yang relatif lemah, karena interaksi yang terjadi adalah antar molekul
nonpolar. Contoh molekul yang mengalami gaya london diantaranya: gas hidrogen,
gas nitrogen, metana dan gas-gas mulia.
Dua
buah molekul nonpolar berinteraksi, kemudian salah satu molekul mulai
terkutubkan karena pergerakan elektron yang bebas membentuk dipol sesaat.
Disebut dipol sesaat karena dipol molekul tersebut dapat berpindah milyaran
ribu kali dalam satu detik. Pada saat berikutnya dipol itu hilang atau bahkan
sudah berbalik arahnya. Molekul tersebut kemudian menginduksi molekul non polar
yang lainnya. Sehingga terjadi gaya dipol terinduksi.
Oleh
karena itu, gaya antar molekul ini disebut gaya dipol sesaat-dipol terinduksi
(gaya dispersi London)
c.
Gaya Dipol-dipol terinduksi
Suatu
molekul polar yang berdekatan dengan molekul nonpolar, akan dapat menginduksi
molekul nonpolar. Akibatnya. Molekul nonpolar memiliki dipol terinduksi. Dipol
dari molekul polar akan saling tarik-menarik dengan dipol terinduksi dari
molekul nonpolar. Contohnya terjadi pada interaksi antara HCl (molekul polar)
dengan Cl2 (molekul nonpolar).
2. GAYA ION-DIPOL
Gaya
antarmolekul ini terjadi antara ion dan senyawa kovalen polar. Ketika dilarutkan
dalam senyawa kovalen polar, senyawa ion akan terionisasi menjadi ion positif
dan ion negatif. Ion positif akan tarik menarik dengan dipol negatif, dan
sebaliknya.
Selain
gaya ion-dipol, juga dikenal gaya ion-dipol sesaat, dimana terjadi dari interaksi
antar gaya dipol-dipol terinduksi dengan gaya ion-dipol. Jika ion dari senyawa
ion berdekatan dengan molekul nonpolar, ion tersebut dapat menginduksi dipol
molekul nonpolar.Dipol terinduksi molekul nonpolar yang dihasilkan akan
berikatan dengan ion.
3. IKATAN HIDROGEN
Ikatan
hidrogen adalah sejenis gaya tarik antar molekul yang terjadi antara dua muatan
listrik parsial dengan polaritas yang berlawanan.Ikatan hidrogen merupakan gaya
dipol-dipol yang paling kuat namun ikatan antar atom yang paling lemah
(dibandingkan dengan ikatan ionik dan kovalen).
Ikatan ini terjadi jika
atom hidrogen berikatan dengan dua atau lebih atom lainnya yang memiliki
keelektronegatifan tinggi (N, O, dan F). Ikatan N-H, O-H, atau F-H membentuk
ikatan yang sangat polar, karena atom H dalam molekul tertentu sangat positif
dan sangat disukai oleh atom N, O, atau F dari senyawa tetangganya.
Ikatan hidrogen dapat terjadi antar molekul maupun intra (dalam) molekul.
Ikatan hidrogen dapat terjadi antar molekul maupun intra (dalam) molekul.
Pengaruh Gaya Antarmolekul Terhadap Sifat Fisika
Gaya
antarmolekul yang dihasilkan mempengaruhi sifat fisis senyawa, diantaranya
titik didih dan titik leleh, wujud zat, kekentalan, kelarutan dan berntuk
permukaan cairan.
1.
Pengaruh ikatan
Hidrogen terhadap Titik Didih dan Titik Leleh
Peristiwa
pendidihan dan pelelehan pada dasarnya merupakan pemutusan ikatan. Semakin kuat
ikatan yang terjadi, semakin tinggi titik didih dan titik leleh zat. Dengan
semakin besar Mr, titik didih dan titik leleh pun semankin tinggi.
Perhatikan baik-baik titik didih senyawa unsur hidrida golongan IVA, VA, VIA, VIIA, dan VIIIA pada grafik diatas yang mempengaruhi titik didih senyawa unsur hidrida golongan IVA, VA, VIA, VIIA, dan VIIIA adalah Gaya Van der Waals.
Dalam
satu golongan, dari atas ke bawah, unsur memiliki Gaya Van der Walls yang
semakin bertambah sebanding dengan bertambah besarnya Mr. Sebagai akibat yang
seharusnya, titik didih dari atas ke bawah dalam satu golongan semakin
bertambah. Namun kenyataannya tidaklah demikian.
Perhatikan
titik didih H2O, HF dan NH3. Ketiganya memiliki titik didih yang berbeda jauh
dengan senyawa hidrida yang lain. Hal ini karena ikatan hydrogen lebih kuat
dibandingkan gaya Van Der Waals
2.
Pengaruh Gaya
London terhadap Titik Didih dan Titik Leleh
Seperti
ikatan hidrogen, kekuatan gaya London berbanding lurus dengan titik didih dan
titik leleh. Jumlah elektron yang dimiliki suatu molekul akan berbanding lurus
dengan massa molekul relatifnya (Mr). Selain itu, struktur molekul
mempengaruhi kekuatan gaya London. Semakin luas permukaan sentuh,
artinya semakin sedikit cabang, gaya London akan semakin kuat.
- HCl dibandingkan dengan HI
Pada
senyawa polar HCl dibandingkan HI, HCl memiliki gaya tarik dipol lebih besar
dibandingkan dengan HI, tetapi gaya london pada HCl akan lebih kecil
dibandingkan dengan HI.
- CCl4 dibandingkan dengan CHCl3
CHCl3
termasuk senyawa polar sehingga gaya Van der Waals-nya dipengaruhi oleh gaya
London dan gaya tarik dipol-dipol, sedangkan pada CCl4 termasuk senyawa non
polar yang berati gaya Van der Waals hanya dipengaruhi oleh gaya London saja.
Struktur CCl4 yang mempunyai Mr lebih besar dari CHCl3,
mempunyai titik didih lebih tinggi. Hal tersebut dipengaruhi oleh gaya London
yang bekerja pada CCl4 yang nonpolar.
3.
Pengaruh Gaya Antarmolekul terhadap
Wujud Gas
Pada
suhu rendah, gas nitrogen berwujud cair dan pada suhu tinggi berwujud gas. Hal
ini dikarenakan pada suhu rendah, atom-atom N pada molekul N2 berikatan kovalen
(intramolekul) yang sangat kuat dan gaya antarmolekulnya lemah, sehingga
berbentuk cair. Namun pada suhu tinggi, gaya antarmolekul N2 tidak mampu
mempertahankan jarak sehingga merenggang dan mengubahnya menjadi gas.
4.
Pengaruh Gaya
Antarmolekul terhadap Kekentalan Cairan
Kekentalan
merupakan ukuran halangan suatu zat untuk mengalir. Hal ini dipengaruhi oleh
gaya antarmolekul. Semakin kuat gaya antar molekul, zat akan sulit mengalir
(kekentalannya tinggi), dan sebaliknya.
Kenaikan
suhu akan mempengaruhi jarak antarmolekul sehingga kekuatan gaya dan kekentalan
berkurang.
5.
Pengaruh Gaya
Antarmolekul terhadap Kelarutan
Kelarutan
adalah kemampuan zat terlarut bercampur secara homogen dalam zat pelarut. Ada 3
jenis gaya tarik dalam larutan, yaitu gaya tarik antar zat terlarut (A-A), zat
terlarut-zat pelarut (A-B), dan antar zat pelarut (B-B). Selain itu, terdapat
prinsip Like Dissolved Like, dimana senyawa polar akan larut dalam
senyawa polar, dan senyawa nonpolar larut dalam senyawa nonpolar.
6.
Pengaruh Gaya
Antarmolekul terhadap Bentuk Permukaan Cairan
Gaya
antarmolekul dapat menyebabkan permukaan cairan menjadi cekung atau cembung.
Interaksi antara molekul yang berbeda (cairan dengan wadah yang ditempati)
disebut adhesi. Sedangkan interaksi antarmolekul yang sama (antarmolekul
cairan) disebut kohesi.
Jika
adhesi lebih kuat daripada kohesi, permukaan cairan akan berbentuk cekung. Dan
sebaliknya, jika kohesi lebih kuat dari adhesi, maka permukaan cairan cembung